Rabu, 07 Mei 2008

press releass

Saatnya Kaum Muda Ikut Memimpin Bandung

Menjelang pemilihan Walikota dan Wakil Walikosta Bandung jika tidak ada aral melintang akan diselenggarakan 10 Agustus 2008 mendatang, Pilkada tingkat Kab/Kota untuk penyelenggaraan di Kota Bandung baru pertama kalinya pemilihan walikota/wakil walikota diselenggarakan secara langsung. Hal ini membuktikan bahwa bangsa kita sedang candu demokrasi, meskipun pasca pilkada berdampak terhadap masyarakat Kota Bandung.

Dampak positif dimana Walikota/Wakil Walikota dipilih oleh rakyat secara langsung sehingga tidak ada lagi pribahasa membeli kucing dalam karung. Ditambah rakyat diberikan kebebasan sepenuhnya dalam memilih kepala daerahnya secara Jujur adil (jurdil) dan langsung bebas rahasia (luber). Dampak negatifnya, intrik perpecahan, saling menghujat, bermusuhan, demo besar-besaran kerap terjadi disetiap pasca Pilkada diberbagai daerah. Adapula pasca Pilkada yang berlangsung secara aman dan damai, keberlangsungan secara damai dan aman tentunya akan menjadi harapan besar masyarakat kota bandung.

Berbicara pemilih di Kota Bandung, yang didalamnya mereka pegawai negeri, swasta, buruh, petani, kaum pinggiran dan lain-lainya, bagi mereka yang terdaftar sebagai pemilih sudah tentu memiliki kesempatan menentukan kepala daerah dan menentukan nasib Kota Bandung kedepannya.

Daftar pemilih di Kota Bandung, suara produktif salah satunya adalah kelompok muda, mereka pemilih pemula atau mereka yang masih duduk dibangku sekolah, bangku perkuliahan, ada juga mereka yang tidak melanjutkan sekolah tapi mereka aktif dengan pekerjaannya, bahkan adapula mereka yang aktif di organisasi kepemudaan baik Karang Taruna di tingkat RT/RW/Kelurahan atau mereka biasa aktif di Masjid-masjid bersama Ikatan Remaja Masjid (IRMA)nya. Sudah dipastikan suara mereka sangatlah menentukan dalam keberlangsungan Kota Bandung kedepan.

Lihat saja, sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia adalah cerita perjalanan hidup anak muda bangsa. Pahit getir kisah kemerdekaan Indonesia tak mungkin dapat dipisahkan dari lika-liku perjuangan panjang kaum muda yang demikian melelahkan, penuh pengorbanan, sarat cucuran darah dan air mata. Peran historis mereka dalam membangun fondasi moralitas perjuangan meraih kemerdekaan republik sungguh tak dapat disangkal oleh siapapun. Tanpa mereka, kemerdekaan ibarat candu: menoreh kenikmatan, tanpa merubah keadaan.

Perlu kita ketahui, bahwa kaum muda-pejuang-perintis kemerdekaan ternyata sosok-sosok manusia yang berusia dibawah 25 Tahun, mereka Mahasiswa. Bahkan kebanyakan dari mereka pelajar, suatu rentang usia yang sungguh-sungguh terlalu muda, terlalu dini untuk memikirkan, terlebih memperjuangkan "cita-cita maha besar" mengenai kebangsaan, persatuan nasional, kemanusiaan dan kemerdekaan suatu negeri. Namun cita-cita agung itu dapat mereka lakukan, dan menjadi kenyaataan sejarah.

Soekarno di usia 22 tahun beliau telah menjadi sosok kaum muda yang diperhitungkan dan sangat vokal-bersemangat memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Pada usia 26 tahun, Soekarno telah menjadi Ketua Umum Partai Nasional Indonesia. Mohammad Hatta diusia 23 tahun mampu mendirikan Indische vereniging atau Perhimpunan Indonesia yang menajdi basis utama pergerakan-pergerakan kemerdekaan Indonesia diluar negeri. Mohammad Yamin di usia 22 tahun telah mampu berpikir mondial universal dan beliau menajdi perumus utama supah pemuda 20 Oktober 1928. Budi Utomo, dapat mencetuskan Perhimpunan Nasional Indonesia pertama itu lahir dari tangan kaum muda-pelajar; dari para siswa Stovia di Jakarta 20 Mei 1908.

Setelah melihat histories tersebut, sesungguhnya ada tiga potensi yang ada pada diri Pemuda: pertama, jiwa pemudanya; Kedua, Independensinya; Ketiga, adalah Intelektualnya (Syaeful, 2006:160-161). Jiwa muda merupakan dinamo bagi pemuda untuk terus bergerak melakukan perubahan. Dengan jiwa muda, pemuda akan dapat lebih aktif dan dinamis sebuah stamina perjuangan.

Kedua, Independen merupakan citra yang biasa melekat pada pemuda. Karena pemuda memiliki kecenderungan untuk mencari jati diri. Proses pencarian jati diri membutuhkan obyektifitas dalam memadang segala hal, maka pemuda biasanya akan melepaskan diri dari hal-hal yang sifatnya mengikat. Pemuda independen adalah pemuda yang selalu berusaha melindungi idealismenya sendiri, karena dengan itu ia akan dapat terus menerus loyal untuk mengamankan cita-cita tertingginya. Dan potensi ketiga adalah intelektualnya. Pemuda memiliki memori berpikir jauh lebih bagus dan fresh dari pada golongan tua.

Dengan ketiga potensi yang ada pada pemuda ini, apalagi apabila ketiga-tiganya disinergiskan, maka pemuda tak dapat disangkal lagi, adalah merupakan pilar utama bagi proses perubahan kearah perbaikan yang lebih baik. Disinilah peran penting pemuda dalam keterwakilan pada Calon Wakil Wali Kota Bandung dalam membangun Kota Bandung kearah yang lebih baik.

Dalam kesempatan ini, Kami yang terhimpun dalam Kesatuan , memandang :

1. Keterwakilan kaum muda pada Pilwalkot Kota Bandung menjadi sebuah keharusan untuk mewakili dan agar berpihak kepada kaum muda dengan semangat juang mudanya.

2. Meminta semua akademisi (Dosen, guru, prakitisi pendidikan) agar lebih konsentrasi memikirkan dan berbuat sesuatu untuk pendidikan berkualitas.

3. Serahkan dan berikan kepercayaan kepada kaum politisi muda untuk regenerasi membangun Kota Bandung.

4. Meminta Aat Syafaat agar bersedia berkomitmen memihak kaum muda untuk dicalonkan sebagai Calon Wakil Walikota Bandung.

Harapan besar adalah terwujudnya masyarakat Bandung yang lebih baik kedepan, semoga kehadiran para kaum muda menjadi semangat baru untuk meneruskan cita-cita besar para pejuang sebelumnya.

Bandung, 06 Mei 2008

KESATUAN KOMUNIKASI PELAJAR (KKP)

KOTA BANDUNG

Ttd ttd

EKO PRIYANTO INA LISMAWATI

Ketua Sekretaris

Tidak ada komentar: